Penyebab Terjadinya Ketunanetraan

              Sebelum menjelaskan penyebab terjadinya tunanetra, Anda perlu memahami terlebih dahulu tentang organ dan proses penglihatan berikut ini. Proses melihat, terjadi pada saat kelopak mata terbuka, kemudian cahaya masuk melalui kornea, pupil, lensa, dan cairan yang ada dalam bola mata (vitreous humor), kemudian gambaran objek memantul pada retina dalam keadaan terbalik. Gambaran objek yang merangsang retina itu, kemudian diteruskan ke pusat penglihatan di otak (lobus oksipitalis) melalui saraf penglihatan (optic nerve) sehingga gambaran objek tadi ditafsirkan dan memperoleh makna.

Setelah Anda memahami tentang organ dan proses penglihatan, kini anda harus memahami faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tunanetra berikut ini. Ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan penglihatan, dan tentunya Anda sudah memahami bahwa gangguan penglihatan ringan yang umum terjadi, tidak dikelompokkan kepada tunanetra. Oleh karena itu, penyebab terjadinya gangguan penglihatan tersebut dibatasi pada faktor-faktor yang secara etiologis sangat serius.
Penyebab ketunanetraan, secara umum, meliputi faktor keturunan, penyakit, dan kecelakaan. Faktor keturunan merupakan faktor penyebab tunanetra yang lebih sering terjadi dibanding faktor penyakit dan kecelakaan, yang keduanya menjadi berkurang karena pengendalian dan pendidikan yang lebih maju. Factor keturunan sering disebut juga sebagai factor internal, sedangkan faktor penyakit dan kecelakaan disebut juga faktor eksternal. Dengan demikian pembahasan mengenai penyebab tunanetra didasarkan pada faktor internal dan eksternal.
1.    Faktor internal
Faktor internal merupakan penyebab ketunanetraan yang timbul dari dalam diri individu, yang sering disebut juga faktor keturunan. Faktor ini kemungkinan besar terjadi pada perkawinan antarkeluarga dekat dan perkawinan antartunanetra. Di dalam tubuh manusia terdapat triliunan sel yang berasal dari segumpal sel hasil pertemuan antara sel telur dan sperma. Di dalam sel-sel inilah terdapat faktor-faktor keturunan yang senantiasa diturunkan pada anak-anaknya. Pada umumnya faktor keturunan terdpat pada inti sel (nucle us) dalam bentuk kromosom yang berjumlah 23 pasang. Kromosom ini terdiri dari zat yang kompleks yang dinamakan DNA (deoxyribonucleic acid). DNA ini selanjutnya membentuk gen-gen yang merupakan pembawa sifat bagi setiap karakteristik dalam tubuh. Apabila terjadi kelainan genetic sebagai akibat dari kedua orangtua atau salah satu maka gen-gen inilah yang nantinya akan diturunkan pada generasi berikutnya (Anastasia Widjajantin dan Imanuel Hitipeuw, 1996: 22).
2.         Faktor eksternal
Faktor eksternal yang dimaksudkan disini, merupakan penyebab ketunanetraan yang berasal dari luar diri individu. Penyebab ketunanetraan yang dikelompokkan pada faktor eksternal ini, antara lain sebagai berikut.
a.    Penyakit Rubella dan syphilis
Rubella atau campak Jerman merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus yang sering berbahaya dan sulit didiagnosis secara klinis. Apabila seorang ibu terkena rubella pada saat usia kehamila tri semester pertama (tiga bulan pertama) maka virus tersebut dapat merusak pertumbuhan sel-sell pada janin dan merusak jaringan pada mata, telinga atau organ lainnya sehingga kemungkinan besar, anaknya lahir tunanetra atau tunarungu atau berkelainan lainnya. Demikian juga dengan penyakit syphilis (panyakit yang menyerang alat kelamin). Apabila penyakit itu terjadi pada ibu hamil maka penyakit tersebut akan merambat ke dalam kandungan sehingga dapat menimbulkan kelainan pada bayi yang dikandungnya atau bayi tersebut akan terkena penyakit ini sewaktu dilahirkan.
b.    Glaukoma (glaucoma)
Glaucoma merupakan suaatu kondisi dimana terjadi tekanan yang berlebihan pda bolamata. Hal itu terjadi karena struktur bola mata yang tidak sempurna pada saat pembentukannya dalam kandungan. Kondisi ini ditandai dengan pembesaran pada bolamata, kornea menjadi keruh, banyak mengeluarkan air, dan merasa silau.

c.    Retinopati diabetes (diabetic retinopathy)
Retinopati diabetes merupaka suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya gangguan dalam suplay/aliran darah pada retina. Kondisi ini disebabkan oleh adanya penyakit diabetes. Diabetes merupakan gangguan metabolisme tubuh, dimana tubuh tidak cukup memproduksi insulin sehingga produksi gula darah meningkat dari ukuran normal. Gangguan metabolisme ini dapat merusak mata, ginjal, susunan syaraf, dan pembuluh darah.
d.   Retinoblastoma
Retinoblastoma merupakan tumor ganas yang terjadi pada retina dan sering ditemukan pada anak-anak. Gejala yang dapat dicurigai dari penyakit tersebut, antara lain menonjolnya bola mata, adanya bercak putih pada pupil, strabismus (juling), glaucoma, mata sering merah atau penglihatannya terus menurun.
e.    Kekurangan vitamin A
Vitamin A berperan dalam ketahanan tubuh terhadap infeksi dengan adanya vitamin A, tubuh lebih efisien dalam menyerap protein yang dikonsumsi. Kekurangan vitamin A akan menyebabkan kerusakan pada matanya, yaitu kerusakan pada sensitivitas retina terhadap cahaya (rabun senja) dan terjadi kekeringan pada konjungtiva bulbi yang terdapat pada celah kelopak mata, disertai pengerasan dan penebalan pada epitel. Pada saat mata bergerak, akan tampak lipatan pada konjungtiva bulbi. Dalam keadaan parah, hal tersebut dapat merusak retina, dan apabila keadaan ini tetap dibiarkan, akan terjadi ketunanetraan.
f.     Terkena zat kimia
Disamping memberikan manfaat bagi manusia, zat-zat kimia juga dapat merusak apabila penggunaanya tidak hati-hati. Zat kimia tertentu, seperti zat etanol dan aseton, apabila mengenai kornea, akan mengakibatkan kering dan terasa sakit. Selain itu zat-zat lain, seperti asam sulfat dan asam tannat yang mengenai kornea, akan menimbulkan kerusakan, bahkan dapat menyebabkan ketunanetraan.
g.    Kecelakaan
Kecelakaan menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan ketunanetraan apabila kecelakaan tersebut mengenai mata atau syaraf mata. Benturan keras mengenai syaraf mata atau tekanan yang keras terhadap bolamata, dapat menyebabkan gangguan penglihatan, bahkan ketunanetraan. Hal tersebut pernah terjadi pada salah seorang mahasiswa UPI. Ia menjadi tunanetra karena pada saat dia berumur 6 tahun, matanya terkena ketepel (Sunda) yang sangat keras waktu bermain dengan temannya.



kutipan dari:
Wardani,IG.A.K dkk.2011.Pengantar Pendidikan Luar Biasa.Jakarta: Universitas Terbuka 

4 komentar:

  1. sakturnus mengatakan...:

    Wah, bagus gan inpohnya :D

  1. Unknown mengatakan...:

    Oke bos trimakasih... pantengin terus blog ini,,, akan ada lebih banyak lagi info2 yang mungkin berguna

  1. LUKMAN mengatakan...:

    sudah bagus isi blognya,gali lagi literatur guna kesempurnaan materi yg di sajikan :)

  1. Unknown mengatakan...:

    trimakasih kak.... smoga materi yang saya posting dapat bermanfaat