Sebelum menjelaskan
penyebab terjadinya tunanetra, Anda perlu memahami terlebih dahulu tentang
organ dan proses penglihatan berikut ini. Proses melihat, terjadi pada saat
kelopak mata terbuka, kemudian cahaya masuk melalui kornea, pupil, lensa, dan
cairan yang ada dalam bola mata (vitreous humor), kemudian gambaran objek
memantul pada retina dalam keadaan terbalik. Gambaran objek yang merangsang
retina itu, kemudian diteruskan ke pusat penglihatan di otak (lobus
oksipitalis) melalui saraf penglihatan (optic nerve) sehingga gambaran objek
tadi ditafsirkan dan memperoleh makna.
Penyebab Terjadinya Ketunanetraan
Diposting oleh
Unknown
Selasa, 22 Oktober 2013
Setelah Anda memahami
tentang organ dan proses penglihatan, kini anda harus memahami faktor-faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya tunanetra berikut ini. Ada berbagai faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan penglihatan, dan tentunya Anda sudah
memahami bahwa gangguan penglihatan ringan yang umum terjadi, tidak
dikelompokkan kepada tunanetra. Oleh karena itu, penyebab terjadinya gangguan
penglihatan tersebut dibatasi pada faktor-faktor yang secara etiologis sangat
serius.
Penyebab ketunanetraan,
secara umum, meliputi faktor keturunan, penyakit, dan kecelakaan. Faktor
keturunan merupakan faktor penyebab tunanetra yang lebih sering terjadi
dibanding faktor penyakit dan kecelakaan, yang keduanya menjadi berkurang
karena pengendalian dan pendidikan yang lebih maju. Factor keturunan sering
disebut juga sebagai factor internal, sedangkan faktor penyakit dan kecelakaan
disebut juga faktor eksternal. Dengan demikian pembahasan mengenai penyebab
tunanetra didasarkan pada faktor internal dan eksternal.
1. Faktor
internal
Faktor internal
merupakan penyebab ketunanetraan yang timbul dari dalam diri individu, yang
sering disebut juga faktor keturunan. Faktor ini kemungkinan besar terjadi pada
perkawinan antarkeluarga dekat dan perkawinan antartunanetra. Di dalam tubuh
manusia terdapat triliunan sel yang berasal dari segumpal sel hasil pertemuan
antara sel telur dan sperma. Di dalam sel-sel inilah terdapat faktor-faktor
keturunan yang senantiasa diturunkan pada anak-anaknya. Pada umumnya faktor
keturunan terdpat pada inti sel (nucle us) dalam bentuk kromosom yang berjumlah
23 pasang. Kromosom ini terdiri dari zat yang kompleks yang dinamakan DNA
(deoxyribonucleic acid). DNA ini selanjutnya membentuk gen-gen yang merupakan
pembawa sifat bagi setiap karakteristik dalam tubuh. Apabila terjadi kelainan
genetic sebagai akibat dari kedua orangtua atau salah satu maka gen-gen inilah
yang nantinya akan diturunkan pada generasi berikutnya (Anastasia Widjajantin dan
Imanuel Hitipeuw, 1996: 22).
2.
Faktor eksternal
Faktor eksternal
yang dimaksudkan disini, merupakan penyebab ketunanetraan yang berasal dari
luar diri individu. Penyebab ketunanetraan yang dikelompokkan pada faktor
eksternal ini, antara lain sebagai berikut.
a. Penyakit
Rubella dan syphilis
Rubella atau
campak Jerman merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus yang sering
berbahaya dan sulit didiagnosis secara klinis. Apabila seorang ibu terkena
rubella pada saat usia kehamila tri semester pertama (tiga bulan pertama) maka
virus tersebut dapat merusak pertumbuhan sel-sell pada janin dan merusak
jaringan pada mata, telinga atau organ lainnya sehingga kemungkinan besar,
anaknya lahir tunanetra atau tunarungu atau berkelainan lainnya. Demikian juga
dengan penyakit syphilis (panyakit yang menyerang alat kelamin). Apabila
penyakit itu terjadi pada ibu hamil maka penyakit tersebut akan merambat ke
dalam kandungan sehingga dapat menimbulkan kelainan pada bayi yang dikandungnya
atau bayi tersebut akan terkena penyakit ini sewaktu dilahirkan.
b. Glaukoma
(glaucoma)
Glaucoma
merupakan suaatu kondisi dimana terjadi tekanan yang berlebihan pda bolamata.
Hal itu terjadi karena struktur bola mata yang tidak sempurna pada saat
pembentukannya dalam kandungan. Kondisi ini ditandai dengan pembesaran pada
bolamata, kornea menjadi keruh, banyak mengeluarkan air, dan merasa silau.
c. Retinopati
diabetes (diabetic retinopathy)
Retinopati
diabetes merupaka suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya gangguan dalam
suplay/aliran darah pada retina. Kondisi ini disebabkan oleh adanya penyakit
diabetes. Diabetes merupakan gangguan metabolisme tubuh, dimana tubuh tidak
cukup memproduksi insulin sehingga produksi gula darah meningkat dari ukuran
normal. Gangguan metabolisme ini dapat merusak mata, ginjal, susunan syaraf,
dan pembuluh darah.
d. Retinoblastoma
Retinoblastoma
merupakan tumor ganas yang terjadi pada retina dan sering ditemukan pada
anak-anak. Gejala yang dapat dicurigai dari penyakit tersebut, antara lain
menonjolnya bola mata, adanya bercak putih pada pupil, strabismus (juling),
glaucoma, mata sering merah atau penglihatannya terus menurun.
e. Kekurangan
vitamin A
Vitamin A
berperan dalam ketahanan tubuh terhadap infeksi dengan adanya vitamin A, tubuh
lebih efisien dalam menyerap protein yang dikonsumsi. Kekurangan vitamin A akan
menyebabkan kerusakan pada matanya, yaitu kerusakan pada sensitivitas retina
terhadap cahaya (rabun senja) dan terjadi kekeringan pada konjungtiva bulbi
yang terdapat pada celah kelopak mata, disertai pengerasan dan penebalan pada
epitel. Pada saat mata bergerak, akan tampak lipatan pada konjungtiva bulbi.
Dalam keadaan parah, hal tersebut dapat merusak retina, dan apabila keadaan ini
tetap dibiarkan, akan terjadi ketunanetraan.
f. Terkena
zat kimia
Disamping
memberikan manfaat bagi manusia, zat-zat kimia juga dapat merusak apabila
penggunaanya tidak hati-hati. Zat kimia tertentu, seperti zat etanol dan
aseton, apabila mengenai kornea, akan mengakibatkan kering dan terasa sakit. Selain
itu zat-zat lain, seperti asam sulfat dan asam tannat yang mengenai kornea,
akan menimbulkan kerusakan, bahkan dapat menyebabkan ketunanetraan.
g. Kecelakaan
Kecelakaan
menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan ketunanetraan apabila
kecelakaan tersebut mengenai mata atau syaraf mata. Benturan keras mengenai
syaraf mata atau tekanan yang keras terhadap bolamata, dapat menyebabkan
gangguan penglihatan, bahkan ketunanetraan. Hal tersebut pernah terjadi pada
salah seorang mahasiswa UPI. Ia menjadi tunanetra karena pada saat dia berumur
6 tahun, matanya terkena ketepel (Sunda) yang sangat keras waktu bermain dengan
temannya.
kutipan dari:
Wardani,IG.A.K
dkk.2011.Pengantar Pendidikan Luar Biasa.Jakarta: Universitas Terbuka
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Blog Subscription
Search this blog
Blog Archive
Tinggalkan komen disini
My Friend
Anda Pengunjung ke
About Me
- Unknown
Wah, bagus gan inpohnya :D