Special Education for The Exceptional Children
Clasification of visual impairment
Diposting oleh
Unknown
Rabu, 06 November 2013
Visual
impairments are commonly categorised into one of following categories:
(1)
partial sight;
(2)
low vision; or
(3)
blindness.
However, these are not definitive classifications and given
the breadth and variation within the term ‘visual impairment’, it is important
that any individual experiencing visual difficulties should seek or be brought
for professional medical advice.
Visual Impairment
Diposting oleh
Unknown
Kamis, 24 Oktober 2013
Visual
Impairment
Most visual problems are the result of errors of
refraction. That is because of faulty structure is a malfunction in the eye
that can decrease the visual acuity. The light rays are not focused correctly. The
most common visual problems are myopia (nearsightedness), hyperopia
(farsightedness) and astigmatism (blurred vision). These condition can usually be corrected with glasses. Some other
problems like disease can even cause blindness.
The educational definition says that the blind are
those who need to be taught to read Braille or aural methods. And the partially
alighted are those who still can read print even though they need to use
magnifying devices or books with large print.
The conceptual abilities of blind children are
different are different from those of the sighted children. The sighted
children are able to organize a number of elements into a whole from the
various parts by all their senses. The blind children or the visually impaired
children, on the contrary, have to learn about the world by the tactual mode. So
the most important ability for them is mobility and orientation. These two
things can be achieved when the children have high motivation, proper attitude and
learning experiences.
Education
experiences in the classroom are frequently visual in nature. But with some
modification in methods, the principles of teaching can be applied to both
sighted reading and big letter print or magnifying glasses may be necessary for
them. Moreover nowadays these has been a dramatic increase in some special
electronic device that can be used for teaching the blind; such as opfacon,
Kurzweil reading machine, and talking calculator
Dari
Mata Kuliah bhs. Inggris oleh bapak drs.Gunarhadi, MA, Ph.D
JENIS KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK TUNANETRA
Diposting oleh
Unknown
1. Jenis
Layanan
Wardani,IG.A.K dkk.2011.Pengantar Pendidikan Luar Biasa.Jakarta: Universitas Terbuka
a. Layanan
Umum
Adalah layanan
pendidikan untuk mengembangkan kemampuan umum seperti yang dibutuhkan anak awas yang
meliputi layanan akademik, latihan, bimbingan dan penyuluhan.
Layanan
yang diberikan terhadap anak tunanetra antara lain :
1) Keterampilan
Anak tuna netra dapat dilatih
mengusai keterampilan seperti : membuat anyaman, kerajinan dari tanah liat, dll
2) Kesenian
Anak tuna netra dapat diarahkan
untuk mempelajari seni musik atau suara karena dapat dilakukan tanpa
menggunakan penglihatan.
3) Olah
raga
Kegiatan olah rga yang dapat
dilakukan anak tuna netra antara lain : atletik, senam, berenang, sepak bola,
tenis meja, dll.
Dalam kegiatan olah raga ada
hal-hal yang harus diperhatikan antara lain : untuk lari jarak dekat digunakan
tali pengarah, untuk bola dilengkapi dengn bunyi-bunyin,serta menggunakan
peluit untuk penunjuk arah.
Layanan umum lainnya adalah layanan
bimbingan umum dan penyuluhan. Layanan ini sangat dibutuhkan terutama dalam
mengatasi dampak kelainan terhadp aspek psikologisnya serta mengembangkan kemampuan
sosialnya.
b. Layanan
khusus/ Layanan rehabilitasi
Adalah layanan yang khusus
diberikan kepada anaktuna netra dalam mengurangi dampak ketuna netraannya
melalui latihan untuk mengembangkan kemampuan yang masih ada. Layanan itu
antara lain :
1) Latihan
membaca dan menulis braille
Anaktuna netra membaca huruf
braille dengan cara meraba titik-titik timbul, untuk memudahkan mengingat titik
itu maka formasi titik diberi nama sesuai dengan urutan nomernya yaitu titik
1,2, 3, 4, 5, dan 6.
2) Latihan
penggunaan tongkat
Dalam penggunaan tongkat,
diperlukan keterampilan tersendiri yang harus diperhatikan oleh anak tuna netra
karena pada saat berjalan dengan tongkat, banyak yang harus diperhtikan,
seperti adannya lubang, tiang listrik, batu besar, dan mobil.
3) Latiahan
orientasi dan mobilitas
Orientasi adalah suatu proses
penggunaan indra yang masih berfungsi untuk menetapkan posisi diri dalam
hubungnnya dengan objek-objek penting dalam lingkungannya ( Irham Hosni, 1996:
5), sedangkan mobilitas adalah kemampuan bergerak dari suatu tempat ke tempat
lain yang diiginka dengan cepat tepat dan aman ( Anastasi, 1996: 149)
Orientasi dan mobilitas tidak dapat
dipisahkan. Orientasi tidak akan berhasil tanpa mobilitas, dan begitu pula
sebaliknya.
4) Latihan
visual atau fungsional penglihatan
Dalam memberikan latihan fungsional
penglihatan ada beberapa persyaratan yang perlu di perhatikan antara lain :
a. Benda
yang digunakan untuk latihan hendkna yang cukup besar.
b. Menggunakan
warna kontras.
c. Cahayayang
cukup terang.
d. Jarak
antara objek dengan mata disesuaikan dengan daya penglihaan anak.
e. Lama
latihan hendaknya disesuaikan dengn tingkat erkembangan dan kematangan anak.
2.
Tempat / sistem layanan
a. Sistem
segregasi
Layanan
pendidikan bagi anak tunanetra yang diberikan ditempat yang khusus bagi
penyandang kelainan, dan penyelenggaraan terpisah dari sekolah biasa atau
sekolah untuk anak awas. Tempat pendidikan melalui sistem segregasi adalah
sebagai berikut :
1. Sekolah
khusus
Sekolah khusus yang konvensional adalah SLB untuk
anak tunanetra bagian A
2. Sekolah
Dasar Luar Biasa (SDLB)
Merupakan suatu sekolah pada tingkat dasar yang
menampung berbagai jenis kelainan, seperti tunanetra, tunarungu, tunagrahita,
dan tuandaksa
3. Kelas
jauh/ kelas kunjungan
Dibentuk untuk memberikan layanan pendidikan bagi
anak tunanetra yang bertempat tinggal jauh dari SLB atau SDLB
b. Sistem
integrasi
Melaluin sistem ini
anak tunanetra belajar bersama sama dengan anak normal (awas) dengan memperoleh
hak dan kewajiban yang sederajat. Bentuk pendidikan integrasi sebagai berikut :
1. Kelas
biasa dengan guru konsultan
Anak tunanetra mengikuti pembelajaran bersama anak
awas dalam satu kelas dengan menggunakan kurikulum untuk orang awas.
2. Kelas
biasa dengan guru kunjung
Hampir sama dengan kelas biasa dengan guru konsultan
hanya tidak setiap hari bekerja disekolah tersebut
3. Kelas
biasa dengan ruang sumber
Disediakan ruangan khusus untuk pelatihan secara
khusus
4. Kelas
khusus
Suatu kelas di sekolah biasa yang digunakan untuk
kegiatan pembelajaran bagi anak tunanetra
3. Ciri khas layanan
a. anak tunanetra
ditempatkan didepan agar dapat mendengarkan penjelasan guru dengan jelas
b. alat peraga memiliki warna yang kontras
c.
ruang belajar yang cukup penerangan bagi anak low visionWardani,IG.A.K dkk.2011.Pengantar Pendidikan Luar Biasa.Jakarta: Universitas Terbuka
Penyebab Terjadinya Ketunanetraan
Diposting oleh
Unknown
Selasa, 22 Oktober 2013
Sebelum menjelaskan
penyebab terjadinya tunanetra, Anda perlu memahami terlebih dahulu tentang
organ dan proses penglihatan berikut ini. Proses melihat, terjadi pada saat
kelopak mata terbuka, kemudian cahaya masuk melalui kornea, pupil, lensa, dan
cairan yang ada dalam bola mata (vitreous humor), kemudian gambaran objek
memantul pada retina dalam keadaan terbalik. Gambaran objek yang merangsang
retina itu, kemudian diteruskan ke pusat penglihatan di otak (lobus
oksipitalis) melalui saraf penglihatan (optic nerve) sehingga gambaran objek
tadi ditafsirkan dan memperoleh makna.
Setelah Anda memahami
tentang organ dan proses penglihatan, kini anda harus memahami faktor-faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya tunanetra berikut ini. Ada berbagai faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan penglihatan, dan tentunya Anda sudah
memahami bahwa gangguan penglihatan ringan yang umum terjadi, tidak
dikelompokkan kepada tunanetra. Oleh karena itu, penyebab terjadinya gangguan
penglihatan tersebut dibatasi pada faktor-faktor yang secara etiologis sangat
serius.
Penyebab ketunanetraan,
secara umum, meliputi faktor keturunan, penyakit, dan kecelakaan. Faktor
keturunan merupakan faktor penyebab tunanetra yang lebih sering terjadi
dibanding faktor penyakit dan kecelakaan, yang keduanya menjadi berkurang
karena pengendalian dan pendidikan yang lebih maju. Factor keturunan sering
disebut juga sebagai factor internal, sedangkan faktor penyakit dan kecelakaan
disebut juga faktor eksternal. Dengan demikian pembahasan mengenai penyebab
tunanetra didasarkan pada faktor internal dan eksternal.
1. Faktor
internal
Faktor internal
merupakan penyebab ketunanetraan yang timbul dari dalam diri individu, yang
sering disebut juga faktor keturunan. Faktor ini kemungkinan besar terjadi pada
perkawinan antarkeluarga dekat dan perkawinan antartunanetra. Di dalam tubuh
manusia terdapat triliunan sel yang berasal dari segumpal sel hasil pertemuan
antara sel telur dan sperma. Di dalam sel-sel inilah terdapat faktor-faktor
keturunan yang senantiasa diturunkan pada anak-anaknya. Pada umumnya faktor
keturunan terdpat pada inti sel (nucle us) dalam bentuk kromosom yang berjumlah
23 pasang. Kromosom ini terdiri dari zat yang kompleks yang dinamakan DNA
(deoxyribonucleic acid). DNA ini selanjutnya membentuk gen-gen yang merupakan
pembawa sifat bagi setiap karakteristik dalam tubuh. Apabila terjadi kelainan
genetic sebagai akibat dari kedua orangtua atau salah satu maka gen-gen inilah
yang nantinya akan diturunkan pada generasi berikutnya (Anastasia Widjajantin dan
Imanuel Hitipeuw, 1996: 22).
2.
Faktor eksternal
Faktor eksternal
yang dimaksudkan disini, merupakan penyebab ketunanetraan yang berasal dari
luar diri individu. Penyebab ketunanetraan yang dikelompokkan pada faktor
eksternal ini, antara lain sebagai berikut.
a. Penyakit
Rubella dan syphilis
Rubella atau
campak Jerman merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus yang sering
berbahaya dan sulit didiagnosis secara klinis. Apabila seorang ibu terkena
rubella pada saat usia kehamila tri semester pertama (tiga bulan pertama) maka
virus tersebut dapat merusak pertumbuhan sel-sell pada janin dan merusak
jaringan pada mata, telinga atau organ lainnya sehingga kemungkinan besar,
anaknya lahir tunanetra atau tunarungu atau berkelainan lainnya. Demikian juga
dengan penyakit syphilis (panyakit yang menyerang alat kelamin). Apabila
penyakit itu terjadi pada ibu hamil maka penyakit tersebut akan merambat ke
dalam kandungan sehingga dapat menimbulkan kelainan pada bayi yang dikandungnya
atau bayi tersebut akan terkena penyakit ini sewaktu dilahirkan.
b. Glaukoma
(glaucoma)
Glaucoma
merupakan suaatu kondisi dimana terjadi tekanan yang berlebihan pda bolamata.
Hal itu terjadi karena struktur bola mata yang tidak sempurna pada saat
pembentukannya dalam kandungan. Kondisi ini ditandai dengan pembesaran pada
bolamata, kornea menjadi keruh, banyak mengeluarkan air, dan merasa silau.
c. Retinopati
diabetes (diabetic retinopathy)
Retinopati
diabetes merupaka suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya gangguan dalam
suplay/aliran darah pada retina. Kondisi ini disebabkan oleh adanya penyakit
diabetes. Diabetes merupakan gangguan metabolisme tubuh, dimana tubuh tidak
cukup memproduksi insulin sehingga produksi gula darah meningkat dari ukuran
normal. Gangguan metabolisme ini dapat merusak mata, ginjal, susunan syaraf,
dan pembuluh darah.
d. Retinoblastoma
Retinoblastoma
merupakan tumor ganas yang terjadi pada retina dan sering ditemukan pada
anak-anak. Gejala yang dapat dicurigai dari penyakit tersebut, antara lain
menonjolnya bola mata, adanya bercak putih pada pupil, strabismus (juling),
glaucoma, mata sering merah atau penglihatannya terus menurun.
e. Kekurangan
vitamin A
Vitamin A
berperan dalam ketahanan tubuh terhadap infeksi dengan adanya vitamin A, tubuh
lebih efisien dalam menyerap protein yang dikonsumsi. Kekurangan vitamin A akan
menyebabkan kerusakan pada matanya, yaitu kerusakan pada sensitivitas retina
terhadap cahaya (rabun senja) dan terjadi kekeringan pada konjungtiva bulbi
yang terdapat pada celah kelopak mata, disertai pengerasan dan penebalan pada
epitel. Pada saat mata bergerak, akan tampak lipatan pada konjungtiva bulbi.
Dalam keadaan parah, hal tersebut dapat merusak retina, dan apabila keadaan ini
tetap dibiarkan, akan terjadi ketunanetraan.
f. Terkena
zat kimia
Disamping
memberikan manfaat bagi manusia, zat-zat kimia juga dapat merusak apabila
penggunaanya tidak hati-hati. Zat kimia tertentu, seperti zat etanol dan
aseton, apabila mengenai kornea, akan mengakibatkan kering dan terasa sakit. Selain
itu zat-zat lain, seperti asam sulfat dan asam tannat yang mengenai kornea,
akan menimbulkan kerusakan, bahkan dapat menyebabkan ketunanetraan.
g. Kecelakaan
Kecelakaan
menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan ketunanetraan apabila
kecelakaan tersebut mengenai mata atau syaraf mata. Benturan keras mengenai
syaraf mata atau tekanan yang keras terhadap bolamata, dapat menyebabkan
gangguan penglihatan, bahkan ketunanetraan. Hal tersebut pernah terjadi pada
salah seorang mahasiswa UPI. Ia menjadi tunanetra karena pada saat dia berumur
6 tahun, matanya terkena ketepel (Sunda) yang sangat keras waktu bermain dengan
temannya.
kutipan dari:
Wardani,IG.A.K
dkk.2011.Pengantar Pendidikan Luar Biasa.Jakarta: Universitas Terbuka
Karakteristik Anak Tuna Netra
Diposting oleh
Unknown
Senin, 21 Oktober 2013
Karena
keterbatasan yang di milikinya, anak tunanetra memiliki karakteristik yang
perlu dipahami agar bisa mendapatkan penanganan khusus yang sesuai dengan
kondisi anak. Dibawah ini akan dibahas mengenai karakteristik anak tunanetra
ditinjau dari aspek akademis, pribadi dan social, serta fisik dan motorik.
A.
Karakteristik anak tunanetra dalam aspek
akademis
Tilman
& Osborn (1969) menemukan beberapa perbedaanantara anak tunanetra dan anak
awas.
a. Anak
tunanetra menyimpan pengalaman-pengalaman khusus, seperti halnya anak awas,
namun pengalaman-pengalaman tersebut kurang terintegrasikan.
b. Anak
tunanetra mendapatkan angka yang hamper sama dengan anak awas, dalam hal
berhitung, informasi, dan kosakata. Tetapi kurang baik dalam hal pemahaman dan
persamaan.
c. Kosakata
anal tunanetra cenderung merupakan kata-kata yang definitif.
B.
Karakteristik anak tunanetra dalam aspek
pribadi dan sosial
a. Karena
keterbatasannya, secara tidak langsung menyebabkan timbulnya masalah
kepribadian. Masalah kepribadian cenderung diakibatkan oleh sikap negative yang
diterima anak dari lingkungan sosialnya.
b. Anak
tunanetra mengalami kesulitan dalam menguasai keterampilan social karena
keterampilan tersebut biasanya diperoleh individu melalui model atau contoh
perilaku dan umpan balik melalui penglihatan.
c. Karena
faktor-faktor lingkungannya, anak tunanetra mudah curiga terhadap orang lain,
mudah tersinggung, dan bergantung pada orang lain.
C.
Karakteristik anak tunanetra dalam aspek
fisik/indra dan motorik/perilaku
a. Secara
fisik anak tunanetra dapat dilihat dari kondisi matanya yang berbeda dibanding
anak-anak dengan mata normal.
b. Memiliki
kepekaan pendengaran dan perabaan yang lebih baik
c. Dalam
aspek motorik/perilaku, sikap tubuhnya yang kurang tegap, agak kaku dan kurang
fleksibel, serta sering menunjukan perilaku yang stereotype, misalnya
menggosok-gosok mata atau menghentak-hentakkan kaki.
Dikutip dari:
Wardani,IG.A.K dkk.2011.Pengantar Pendidikan Luar Biasa.Jakarta: Universitas Terbuka
Dikutip dari:
Wardani,IG.A.K dkk.2011.Pengantar Pendidikan Luar Biasa.Jakarta: Universitas Terbuka
Langganan:
Postingan (Atom)
Blog Subscription
Search this blog
Blog Archive
Tinggalkan komen disini
My Friend
Anda Pengunjung ke
About Me
- Unknown