Visual Impairment

Visual Impairment
Most visual problems are the result of errors of refraction. That is because of faulty structure is a malfunction in the eye that can decrease the visual acuity. The light rays are not focused correctly. The most common visual problems are myopia (nearsightedness), hyperopia (farsightedness) and astigmatism (blurred vision). These condition  can usually be corrected with glasses. Some other problems like disease can even cause blindness.
The educational definition says that the blind are those who need to be taught to read Braille or aural methods. And the partially alighted are those who still can read print even though they need to use magnifying devices or books with large print.
The conceptual abilities of blind children are different are different from those of the sighted children. The sighted children are able to organize a number of elements into a whole from the various parts by all their senses. The blind children or the visually impaired children, on the contrary, have to learn about the world by the tactual mode. So the most important ability for them is mobility and orientation. These two things can be achieved when the children have high motivation, proper attitude and learning experiences.
            Education experiences in the classroom are frequently visual in nature. But with some modification in methods, the principles of teaching can be applied to both sighted reading and big letter print or magnifying glasses may be necessary for them. Moreover nowadays these has been a dramatic increase in some special electronic device that can be used for teaching the blind; such as opfacon, Kurzweil reading machine, and talking calculator



Dari Mata Kuliah bhs. Inggris oleh bapak drs.Gunarhadi, MA, Ph.D

JENIS KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK TUNANETRA

1.    Jenis Layanan
a.    Layanan Umum
Adalah layanan pendidikan untuk mengembangkan kemampuan  umum seperti yang dibutuhkan anak awas yang meliputi layanan akademik, latihan, bimbingan dan penyuluhan.
Layanan yang diberikan terhadap anak tunanetra antara lain :
1)   Keterampilan
Anak tuna netra dapat dilatih mengusai keterampilan seperti : membuat anyaman, kerajinan dari tanah liat, dll
2)   Kesenian
Anak tuna netra dapat diarahkan untuk mempelajari seni musik atau suara karena dapat dilakukan tanpa menggunakan penglihatan.
3)   Olah raga
Kegiatan olah rga yang dapat dilakukan anak tuna netra antara lain : atletik, senam, berenang, sepak bola, tenis meja, dll.
Dalam kegiatan olah raga ada hal-hal yang harus diperhatikan antara lain : untuk lari jarak dekat digunakan tali pengarah, untuk bola dilengkapi dengn bunyi-bunyin,serta menggunakan peluit untuk penunjuk arah.
        Layanan umum lainnya adalah layanan bimbingan umum dan penyuluhan. Layanan ini sangat dibutuhkan terutama dalam mengatasi dampak kelainan terhadp aspek psikologisnya serta mengembangkan kemampuan sosialnya.
b.    Layanan khusus/ Layanan rehabilitasi
Adalah layanan yang khusus diberikan kepada anaktuna netra dalam mengurangi dampak ketuna netraannya melalui latihan untuk mengembangkan kemampuan yang masih ada. Layanan itu antara lain :
1)   Latihan membaca dan menulis braille
Anaktuna netra membaca huruf braille dengan cara meraba titik-titik timbul, untuk memudahkan mengingat titik itu maka formasi titik diberi nama sesuai dengan urutan nomernya yaitu titik 1,2, 3, 4, 5, dan 6.
2)   Latihan penggunaan tongkat
Dalam penggunaan tongkat, diperlukan keterampilan tersendiri yang harus diperhatikan oleh anak tuna netra karena pada saat berjalan dengan tongkat, banyak yang harus diperhtikan, seperti adannya lubang, tiang listrik, batu besar, dan mobil.
3)   Latiahan orientasi dan mobilitas
Orientasi adalah suatu proses penggunaan indra yang masih berfungsi untuk menetapkan posisi diri dalam hubungnnya dengan objek-objek penting dalam lingkungannya ( Irham Hosni, 1996: 5), sedangkan mobilitas adalah kemampuan bergerak dari suatu tempat ke tempat lain yang diiginka dengan cepat tepat dan aman ( Anastasi, 1996: 149)
Orientasi dan mobilitas tidak dapat dipisahkan. Orientasi tidak akan berhasil tanpa mobilitas, dan begitu pula sebaliknya.
4)   Latihan visual atau fungsional penglihatan
Dalam memberikan latihan fungsional penglihatan ada beberapa persyaratan yang perlu di perhatikan antara lain :
a.    Benda yang digunakan untuk latihan hendkna yang cukup besar.
b.    Menggunakan warna kontras.
c.    Cahayayang cukup terang.
d.   Jarak antara objek dengan mata disesuaikan dengan daya penglihaan anak.
e.    Lama latihan hendaknya disesuaikan dengn tingkat erkembangan dan kematangan anak.
2. Tempat / sistem layanan
a.       Sistem segregasi
Layanan pendidikan bagi anak tunanetra yang diberikan ditempat yang khusus bagi penyandang kelainan, dan penyelenggaraan terpisah dari sekolah biasa atau sekolah untuk anak awas. Tempat pendidikan melalui sistem segregasi adalah sebagai berikut :
1.    Sekolah khusus
Sekolah khusus yang konvensional adalah SLB untuk anak tunanetra bagian A
2.      Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)
Merupakan suatu sekolah pada tingkat dasar yang menampung berbagai jenis kelainan, seperti tunanetra, tunarungu, tunagrahita, dan tuandaksa
3.      Kelas jauh/ kelas kunjungan
Dibentuk untuk memberikan layanan pendidikan bagi anak tunanetra yang bertempat tinggal jauh dari SLB atau SDLB
b.      Sistem integrasi
Melaluin sistem ini anak tunanetra belajar bersama sama dengan anak normal (awas) dengan memperoleh hak dan kewajiban yang sederajat. Bentuk pendidikan integrasi sebagai berikut :
1.      Kelas biasa dengan guru konsultan
Anak tunanetra mengikuti pembelajaran bersama anak awas dalam satu kelas dengan menggunakan kurikulum untuk orang awas.
2.      Kelas biasa dengan guru kunjung
Hampir sama dengan kelas biasa dengan guru konsultan hanya tidak setiap hari bekerja disekolah tersebut
3.      Kelas biasa dengan ruang sumber
Disediakan ruangan khusus untuk pelatihan secara khusus
4.      Kelas khusus
Suatu kelas di sekolah biasa yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran bagi anak tunanetra

3.  Ciri khas layanan
a. anak tunanetra ditempatkan didepan agar dapat mendengarkan penjelasan guru  dengan jelas
b. alat peraga memiliki warna yang kontras
c. ruang belajar yang cukup penerangan bagi anak low vision





Wardani,IG.A.K dkk.2011.Pengantar Pendidikan Luar Biasa.Jakarta: Universitas Terbuka 

Penyebab Terjadinya Ketunanetraan

              Sebelum menjelaskan penyebab terjadinya tunanetra, Anda perlu memahami terlebih dahulu tentang organ dan proses penglihatan berikut ini. Proses melihat, terjadi pada saat kelopak mata terbuka, kemudian cahaya masuk melalui kornea, pupil, lensa, dan cairan yang ada dalam bola mata (vitreous humor), kemudian gambaran objek memantul pada retina dalam keadaan terbalik. Gambaran objek yang merangsang retina itu, kemudian diteruskan ke pusat penglihatan di otak (lobus oksipitalis) melalui saraf penglihatan (optic nerve) sehingga gambaran objek tadi ditafsirkan dan memperoleh makna.
Setelah Anda memahami tentang organ dan proses penglihatan, kini anda harus memahami faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tunanetra berikut ini. Ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan penglihatan, dan tentunya Anda sudah memahami bahwa gangguan penglihatan ringan yang umum terjadi, tidak dikelompokkan kepada tunanetra. Oleh karena itu, penyebab terjadinya gangguan penglihatan tersebut dibatasi pada faktor-faktor yang secara etiologis sangat serius.
Penyebab ketunanetraan, secara umum, meliputi faktor keturunan, penyakit, dan kecelakaan. Faktor keturunan merupakan faktor penyebab tunanetra yang lebih sering terjadi dibanding faktor penyakit dan kecelakaan, yang keduanya menjadi berkurang karena pengendalian dan pendidikan yang lebih maju. Factor keturunan sering disebut juga sebagai factor internal, sedangkan faktor penyakit dan kecelakaan disebut juga faktor eksternal. Dengan demikian pembahasan mengenai penyebab tunanetra didasarkan pada faktor internal dan eksternal.
1.    Faktor internal
Faktor internal merupakan penyebab ketunanetraan yang timbul dari dalam diri individu, yang sering disebut juga faktor keturunan. Faktor ini kemungkinan besar terjadi pada perkawinan antarkeluarga dekat dan perkawinan antartunanetra. Di dalam tubuh manusia terdapat triliunan sel yang berasal dari segumpal sel hasil pertemuan antara sel telur dan sperma. Di dalam sel-sel inilah terdapat faktor-faktor keturunan yang senantiasa diturunkan pada anak-anaknya. Pada umumnya faktor keturunan terdpat pada inti sel (nucle us) dalam bentuk kromosom yang berjumlah 23 pasang. Kromosom ini terdiri dari zat yang kompleks yang dinamakan DNA (deoxyribonucleic acid). DNA ini selanjutnya membentuk gen-gen yang merupakan pembawa sifat bagi setiap karakteristik dalam tubuh. Apabila terjadi kelainan genetic sebagai akibat dari kedua orangtua atau salah satu maka gen-gen inilah yang nantinya akan diturunkan pada generasi berikutnya (Anastasia Widjajantin dan Imanuel Hitipeuw, 1996: 22).
2.         Faktor eksternal
Faktor eksternal yang dimaksudkan disini, merupakan penyebab ketunanetraan yang berasal dari luar diri individu. Penyebab ketunanetraan yang dikelompokkan pada faktor eksternal ini, antara lain sebagai berikut.
a.    Penyakit Rubella dan syphilis
Rubella atau campak Jerman merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus yang sering berbahaya dan sulit didiagnosis secara klinis. Apabila seorang ibu terkena rubella pada saat usia kehamila tri semester pertama (tiga bulan pertama) maka virus tersebut dapat merusak pertumbuhan sel-sell pada janin dan merusak jaringan pada mata, telinga atau organ lainnya sehingga kemungkinan besar, anaknya lahir tunanetra atau tunarungu atau berkelainan lainnya. Demikian juga dengan penyakit syphilis (panyakit yang menyerang alat kelamin). Apabila penyakit itu terjadi pada ibu hamil maka penyakit tersebut akan merambat ke dalam kandungan sehingga dapat menimbulkan kelainan pada bayi yang dikandungnya atau bayi tersebut akan terkena penyakit ini sewaktu dilahirkan.
b.    Glaukoma (glaucoma)
Glaucoma merupakan suaatu kondisi dimana terjadi tekanan yang berlebihan pda bolamata. Hal itu terjadi karena struktur bola mata yang tidak sempurna pada saat pembentukannya dalam kandungan. Kondisi ini ditandai dengan pembesaran pada bolamata, kornea menjadi keruh, banyak mengeluarkan air, dan merasa silau.

c.    Retinopati diabetes (diabetic retinopathy)
Retinopati diabetes merupaka suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya gangguan dalam suplay/aliran darah pada retina. Kondisi ini disebabkan oleh adanya penyakit diabetes. Diabetes merupakan gangguan metabolisme tubuh, dimana tubuh tidak cukup memproduksi insulin sehingga produksi gula darah meningkat dari ukuran normal. Gangguan metabolisme ini dapat merusak mata, ginjal, susunan syaraf, dan pembuluh darah.
d.   Retinoblastoma
Retinoblastoma merupakan tumor ganas yang terjadi pada retina dan sering ditemukan pada anak-anak. Gejala yang dapat dicurigai dari penyakit tersebut, antara lain menonjolnya bola mata, adanya bercak putih pada pupil, strabismus (juling), glaucoma, mata sering merah atau penglihatannya terus menurun.
e.    Kekurangan vitamin A
Vitamin A berperan dalam ketahanan tubuh terhadap infeksi dengan adanya vitamin A, tubuh lebih efisien dalam menyerap protein yang dikonsumsi. Kekurangan vitamin A akan menyebabkan kerusakan pada matanya, yaitu kerusakan pada sensitivitas retina terhadap cahaya (rabun senja) dan terjadi kekeringan pada konjungtiva bulbi yang terdapat pada celah kelopak mata, disertai pengerasan dan penebalan pada epitel. Pada saat mata bergerak, akan tampak lipatan pada konjungtiva bulbi. Dalam keadaan parah, hal tersebut dapat merusak retina, dan apabila keadaan ini tetap dibiarkan, akan terjadi ketunanetraan.
f.     Terkena zat kimia
Disamping memberikan manfaat bagi manusia, zat-zat kimia juga dapat merusak apabila penggunaanya tidak hati-hati. Zat kimia tertentu, seperti zat etanol dan aseton, apabila mengenai kornea, akan mengakibatkan kering dan terasa sakit. Selain itu zat-zat lain, seperti asam sulfat dan asam tannat yang mengenai kornea, akan menimbulkan kerusakan, bahkan dapat menyebabkan ketunanetraan.
g.    Kecelakaan
Kecelakaan menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan ketunanetraan apabila kecelakaan tersebut mengenai mata atau syaraf mata. Benturan keras mengenai syaraf mata atau tekanan yang keras terhadap bolamata, dapat menyebabkan gangguan penglihatan, bahkan ketunanetraan. Hal tersebut pernah terjadi pada salah seorang mahasiswa UPI. Ia menjadi tunanetra karena pada saat dia berumur 6 tahun, matanya terkena ketepel (Sunda) yang sangat keras waktu bermain dengan temannya.



kutipan dari:
Wardani,IG.A.K dkk.2011.Pengantar Pendidikan Luar Biasa.Jakarta: Universitas Terbuka 

Karakteristik Anak Tuna Netra

          Karena keterbatasan yang di milikinya, anak tunanetra memiliki karakteristik yang perlu dipahami agar bisa mendapatkan penanganan khusus yang sesuai dengan kondisi anak. Dibawah ini akan dibahas mengenai karakteristik anak tunanetra ditinjau dari aspek akademis, pribadi dan social, serta fisik dan motorik.
A.    Karakteristik anak tunanetra dalam aspek akademis
Tilman & Osborn (1969) menemukan beberapa perbedaanantara anak tunanetra dan anak awas.
a.       Anak tunanetra menyimpan pengalaman-pengalaman khusus, seperti halnya anak awas, namun pengalaman-pengalaman tersebut kurang terintegrasikan.
b.      Anak tunanetra mendapatkan angka yang hamper sama dengan anak awas, dalam hal berhitung, informasi, dan kosakata. Tetapi kurang baik dalam hal pemahaman dan persamaan.
c.       Kosakata anal tunanetra cenderung merupakan kata-kata yang definitif.
B.     Karakteristik anak tunanetra dalam aspek pribadi dan sosial
a.       Karena keterbatasannya, secara tidak langsung menyebabkan timbulnya masalah kepribadian. Masalah kepribadian cenderung diakibatkan oleh sikap negative yang diterima anak dari lingkungan sosialnya.
b.      Anak tunanetra mengalami kesulitan dalam menguasai keterampilan social karena keterampilan tersebut biasanya diperoleh individu melalui model atau contoh perilaku dan umpan balik melalui penglihatan.
c.       Karena faktor-faktor lingkungannya, anak tunanetra mudah curiga terhadap orang lain, mudah tersinggung, dan bergantung pada orang lain.
C.     Karakteristik anak tunanetra dalam aspek fisik/indra dan motorik/perilaku
a.       Secara fisik anak tunanetra dapat dilihat dari kondisi matanya yang berbeda dibanding anak-anak dengan mata normal.
b.      Memiliki kepekaan pendengaran dan perabaan yang lebih baik
c.       Dalam aspek motorik/perilaku, sikap tubuhnya yang kurang tegap, agak kaku dan kurang fleksibel, serta sering menunjukan perilaku yang stereotype, misalnya menggosok-gosok mata atau menghentak-hentakkan kaki.


Dikutip dari:

Wardani,IG.A.K dkk.2011.Pengantar Pendidikan Luar Biasa.Jakarta: Universitas Terbuka

Definisi tuna netra

Definisi dari Berbagai Sudut Pandang

 Pada umumnya masyarakat tidak asing lagi dengan orang yang mengalami gangguan penglihatan atau yang dikenal dengan tunanetra karena mereka ini merupakan salah satu kelompok anak luar biasa yang banyak di temukan oleh masyarakat. Namun, masyarakat sering menyebutnya orang buta terhadap tunanetra. Sebenarnya penggunaan istilah buta seperti itu kurang tepat, sebab tidak smua tuna netra mengalami kebutaan. Istilah buta dimaksudkan untuk menunjukan seseorang yang sudah rusak peglihantannya sedemikian rupa sehingga sulit sekali untuk difungsikan sebagai alat untuk melihat, sedangkan istilah tunanetra digunakan untuk menunjukan adanya gradasi atau tingkatan kerusakan/gangguan penglihatan mulai yang berat sampai yang sangat berat bahkan sampai buta total. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa orang tunanetra belum tentu buta dan orang yang buta pasti tunanetra.
Agar menjadi lebih jelas apa itu tunanetra, berikut ini akan dikemukakan beberapa definisi tentang tunanetra.
Dari segi harfiah, kata tunanetra terdiri dari kata tuna dan netra dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia(Amran Y S Chaniago 1995: 540) kata tuna berarti tidak memiliki, tidak punya, luka atau rusak, sedangkan netra berarti penglihatan. Dengan demikian, tunanetra mempunyai arti, tidak memiliki atau rusak penglihatan.
Definisi yang didasarkan pada pendidikan dikemukakan oleh Barraga (1983) bahwa anak yang mengalami ketidakmampuan melihat adalah anak yang mengalami ganguuan atau kerusakan dalam penglihatannya sehingga menghambat prestasi belajar secara optimal, kecuali jika dilakukan penyesuaian dalam metode-metode penyajian pengalaman belajar, sifat-sifat bahan yang digunakan, dan/ atau lingkungan belajar.
Definisi tunanetra menurut medis, Barraga dalam Samuel, A. kirk (1989: 348) mengemukakan bahwa orang yang buta memiliki presepsi sinar tanpa proyeksi (yang berarti mereka merasakan adanya sinar tetapi tidak mampu untuk memproyeksikannya atau mengidentifikasi sumber sinarnya) atau sama sekali tidak memiliki presepsi sinar.
Definisi tunanetra menurut psikologi, adalah anak yang memiliki gangguan dalam melihat yang menyebabkan mereka mengalami kesulitan untuk menyesuaikan dirinya dalam lingkungan sehingga dapat menghambat proses sosialisasi dengan sesama individu dan hal itu akan mempengaruhi aspek psikis penyandang tunanetra itu sendiri. 


Dikutip dari:


Wardani,IG.A.K dkk.2011.Pengantar Pendidikan Luar Biasa.Jakarta: Universitas Terbuka