PERKEMBANGAN KOGNITIF, MOTORIK, SOSIAL-EMOSIONAL, DAN KEPRIBADIAN ANAK TUNANETRA
- · Perkembangan Kognitif Anak Tunanetra
Akibat dari ketunanetraannya, maka pengenalan dan pengertian
terhadap dunia luar anak tidak dapat diperoleh secara lengkap dan utuh.
Sehingga perkembangan kognitif anak tunanetra cenderung terhambat dibandingkan dengan anak-anak normal pada umumnya. Hal ini dikarenakan peerkembangan kognitif tidak saja erat kaitannya dengan kecerdasan atau kemampuan intelegensinya, tetapi juga dengan kemampuan indera penglihatannya. Lowenfeld (Kirley, 1975) mengemukakan banyak hal tentang bagaimana pengaruh ketunanetraan terhadap proses-proses kognitif, seperti: persepsi ruang, synesthesia, ketajaman sensori, daya ingat, kreativitas, inteligensi, prestasi akademik, kemampuan berbicara, dan kemampuan membaca.
Sehingga perkembangan kognitif anak tunanetra cenderung terhambat dibandingkan dengan anak-anak normal pada umumnya. Hal ini dikarenakan peerkembangan kognitif tidak saja erat kaitannya dengan kecerdasan atau kemampuan intelegensinya, tetapi juga dengan kemampuan indera penglihatannya. Lowenfeld (Kirley, 1975) mengemukakan banyak hal tentang bagaimana pengaruh ketunanetraan terhadap proses-proses kognitif, seperti: persepsi ruang, synesthesia, ketajaman sensori, daya ingat, kreativitas, inteligensi, prestasi akademik, kemampuan berbicara, dan kemampuan membaca.
- Perkembangan Motorik Anak Tunanetra
Perkembangan motorik anak tunanetra cenderung terhambat
dibandingkan dengan anak awas pada umumnya. Kelambatan ini dikarenakan dalam
perkembangan perilaku motorik diperlukan adanya koordinasi fungsional antara
neuromuscular system (system persyarafan dan otot) dan fungsi psikis (kognitif,
afektif, dan konatif), serta kesempatan yang diberikan oleh lingkungan. Salah
satu keterbatasan yang paling menonjol pada anak tunanetra adalah kemampuan
dalam melakukan mobilitas (kemampuan berpindah tempat). Namun kekurangan ini
dapat diminimalkan melalui manipulasi lingkungan tempat tunanetra berada, yaitu
melalui penciptaan lingkungan yang lebih berarti yang memungkinkan anak
tunanetra mampu menggambarkan pertumbuhan jasmani dan geraknya secara bebas dan
aman.
- Perkembangan Sosial Anak Tunanetra
Perkembangan sosial berarti dikuasainya seperangkat
kemampuan anak bertingkah laku sesuai dengan tuntutan masyarakat. Bagi anak
tunanetra penguasaanseperangakat kemampuan bertingkah laku tersebut tidaklah
mudah dibandingkan dengan anak awas, anak tunanetra relatif lebih banyak
menghadapi maslah dalam perkembangan sosial.
Hambatan-hambatan tersebut terutama muncul sebagai akibat
langsung maupun tidak langsung dari ketunanetraannya. Kurangnya motivasi,
ketakutan menghadapi lingkungan sosial yang lebih luas dan baru, perasaan
rendah diri, malu, dan sikap-sikap masyarakat yang sering kali tidak
menguntungkan seperti penolakan, penghinaan, dan tak acuh, ketidakjelasan
tuntutan sosial, serta terbatasnya kesempatan bagi anak untuk belajar pola-pola
tingkah laku yang diterima, merupakan kecenderungan tunanetra yang dapat
mengakibatkan perkembangan sosialnya menjadi terhambat.
- Perkembangan Emosi Anak Tunanetra
Salah satu variabel determinan perkembangan emosi adalah
variabel organisme, yaitu perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi bila
seseorang mengalami emosi. Sedangkan variabel lainnya yaitu stimulus atau
rangsangan yang menimbulkan emosi, serta respon atau jawaban terhadap
rangsangan emosi yang datang dari lingkungannya. Perkembangan emosi anak
tunanetra akan sedikit mengalami hambatan dibandingkan anak yang awas.
Keterlambatan ini terutama disebabkan karena anak tunanetra
memiliki kemampuan yang terbatas dalam proses belajarnya. Kesulitan bagi anak
tunanetra yaitu ia tiddak mampu belajar secara visual tentang stimulus-stimulus
apa saja yang harus diberi respon serta respon-respon apa saja yang diberikan
terhadap stimulus-stimulus tersebut. Perkembangan emosi anak tunanetra akan
semakin terhambat bila anak tersebut mengalami deprivasi emosi, yaitu keadaan
dimana anak tunanetra tersebut kurang kesempatan untuk menghayati pengalaman
emosional yang menyenangkan, seperti kasih saying, kegembiraan, perhatian, dan
kesenangan.
Perkembangan deprivasi emosi ini akan sangat berpengaruh
terhadap aspek perkembangan yang lainnya, seperti kelambatan dalam perkembangan
fisik, motorik, bicara, intelektual dan sosialnya. Disamping itu ada
kecenderungan bahwa anak tunanetra yang dalam masa awal perkembangannya
mengalami deprivasi emosi, akan bersikap menarik diri, mementingkan diri
sendiri, serta sangat menuntut pertolongan atau perhatian, ddan kasih syang
dari orang-orang di sekitarnya
- · Perkembangan Kepribadian Anak Tunanetra
Kecenderungan anak tunanetra relative lebih banyak yang
mengalami gangguan kepribadian yang dicirikan dengan introversi, neurotik,
frustasi, dan rigiditas (kekakuan) mental. Hasil penelitian menunjukan bahwa
anak-anak tenanetra yang tergolong setengah melihat memiliki kesulitan yang
lebih besar dalam menemukan konsep diri dibandingkan anak yang buta total.
Kesulitan tersebut dikarenakan mereka sering mengalami konflik identitas,
dimana suatu saat ia disebut anak awas tetapi pada saat yang lain disebut
sebagai anak buta/tunanetra. Ada kecenderungan pula bahwa anak-anak tunanetra
setelah lahir akan lebih sulit menyesuaikan diri dibandingkan dengan tunanetra
sejak lahir.
sumber dari:
Sutjihati Somantri H.T. 1996. Psikologi Anak Luar Biasa.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Directorat Jenderal Tinggi, Proyek
Pendidikan Tensgs Guru. Jakarta
Posting dan gadget sudah bagus serta penataan juga sudah rapi. Tapi ada keterangan disamping posting yang kosong , lebih baik dihapus saja , daripada tidak terpakai. Misal : SOCIAL ICONS.